Detail Artikel

16 November 2020

Aku memandang Anak

oleh: Muhammad Rizqi Ramadhan,SH

Ditengah pesatnya kemajuan teknologi, dibarengi dengan bobroknya moral di Indonesia. Sebenarnya masih banyak para generasi penerus bangsa yang akan mencerahkan masa depan Indonesia. Jika melihat kondisi saat ini, banyak anak yang sudah meninggalkan permainan-permainan tradisional, lagu-lagu daerah pun sudah banyak dilupakan oleh segenap generasi, lapangan bola yang dulu biasanya ramai oleh anak-anak yang bermain, saat ini sudah sangat jarang dan terlihat sepi. Mereka lebih menyukai permainan sepak bola di play station, atau adu strategi di gadget yang dibelikan oleh orang tuanya. Hal ini bukan berarti harus di hindari, patut kita sadari bahwa kemajuan teknologi tidak bisa dibendung. Yang harusnya kita sadari, bahwa kita sebagai orang tua harus mengetahui porsi yang pas untuk anak-anak ditengah derasnya arus modernisasi.


Ketika peran kita sebagai orang tua tergantikan oleh gadget, maka jangan heran saat ini banyak anak yang membangkang kepada orang tua, lebih fokus memperhatikan gadget mereka dibanding omongan orang tuanya, sehingga mereka tidak bisa diharapkan untuk masa depan Indonesia. Seyogyanya, para orangtua harus tetap mendampingi anak-anaknya dalam derasnya arus teknologi saat ini.

Pendidikan anak tidak bisa diserahkan seluruhnya kepada sekolah, Orang tua tetap memiliki peranan utama dalam pendidikan anak. “al ummu madrasatu al ula”  ibu sebagai sekolah pertama bagi anak. Peranan orang tua dalam mendidik anak merupakan unsur utama dalam pembentukan karakter.

Saat ini banyak sekali kasus, ketika ada anak yang nakal yang disekolah, para orang tua dengan serta merta menyalahkan sekolah. Ketika anak-anak sekolah, dan tidak sesuai dengan apa yang  diharapkan kedua orang tuanya, maka sekolah juga yang disalahkan, karena para orang tua sudah merasa membayar kepada sekolah, dan tugas pendidikan terasa sudah diserahkan ke sekolah secara penuh. Para orang tua saat ini seakan lupa, bahwa anak adalah titipan Allah, yang akah diminta pertanggungjawabnnya nanti diakhir kelak.

Pendidikan bukan sekedar memindahkan pengetahuan. Pendidikan memwaba misi besar dalam pembentukan karakter dasar anak, menghidupkan jiwa anak, dengan tidak melupakan orisinalitas anak tersebut. Selama ini, tanpa disadari jiwa dan potensi anak banyak dimatikan oleh obsesi selfish lembaga pendidikan, ataupun kehendak orang tua. Pendidikan sebenarnya adalah upaya memahami kehendak Allah terhadap anak tersebut, dengan memberikan dasar-dasar pegangan kepada anak, sehingga tidak lepas dari relnya.

Setidaknya ada tiga faktor yang harus diperhatikan dalam pendidikan, pertama orang tua atau rumah, kedua sekolah, ketiga lingkungan. Ketiga faktor ini, sangat mempengaruhi anak dalam menemukan potensi dirinya. Maka sebagai orang tua, harus tetap mengambil sikap sebagai pendamping bagi anak didalam perjalanan hidupnya.

Jika kita melihat kondisi saat ini, dan kita merasa putus asa. Maka tanamkanlah dalam diri, bahwa jangan sampai anak-anak kita merasakan apa yang kita rasakan jangan sampai dirasakan oleh anak-anak kita. Dan jika kita merasa bahwa peradaban saat ini adalah perdaban yang bobrok, dan kita tidak mampu untuk memperbaikinya, maka pandanglah anak-anak disekitar kita, bimbing mereka, ajari mereka, sehingga kelak mereka akan membawa perubahan dan perbaikan bagi negeri ini. Anak-anak merupakan harapan kita, saat ini sulit bagi kita untuk merubah kondisi yang menghawatirkan ini, yang dapat kita lakukan hanyalah menanamkan nilai-nilai kehidupan di dalam diri setiap anak, sehingga mereka tumbuh sebagai generasi penerus yang lebih baik dari kita, dan membawa pencerahan kepada sekitarnya.

Apabila kamu tidak lebih baik dari pada saya, maka kamu tidak perlu hidup, dan saya tidak usah mati



Kategori

Sering Dilihat

Tags